Waktu hampir menunjukan setengah enam sore ketika aku sedang
menonton tv. Aku menonton salah satu acara yang meliput tentang kehidupan
seorang anak kecil berumur 11 atau 12 tahun yang sudah menggantikan ayahnya
mencari nafkah dengan mencari pasir di sungai. Sungai Cikapunten namanya,sungai
ini terletak di kota Tasikmalaya Jawa Barat. Sungai ini yang memberi kehidupan
untuk keluarga Ridwan, terkadang sungai ini bersahabat ketika debit air tidak
terlalu besar dan kadang juga tidak ketika debit airnya deras. Perlu keahlian
berenang dan ekstra berhati-harti ketika mencari pasir karena di sungai itu
banyak batu-batu besar yang licin. Sebenarnya ini semua bukan kemauannya Ridwan
untuk mencari nafkah dengan bekerja keras seperti ini tapi apa daya sang ayah
sering sakit-sakitan dan tidak bekerja sementara dirumah itu ada 7 orang yang
menunggu untuk diberi makan. Ayahnya Ridwan menderita penyakit penyempitan
paru-paru terkadang penyakitnya itu kambuh dan tak bisa mencari nafkah,jadi
Ridwanlah yang menggantikannya. Terkadang adik laki-lakinya yg bernama Irsyan
ikut mencari pasir disungai.
“ Abdi ge sedih teu tega ningal
budak kudu ngagentosan abdi ngala keusik di sungai tapi da kumaha deui bade
saha deui anu ngagentosan abdi neangan nafkah”
“
Saya juga ngga tega melihat anak harus menggantikan saya mencari pasir
di sungai tapi harus bagaimana lagi mau siapa yang menggantikan saya mencari
nafkah” Tutur ayahnya Ridwan.
Hari ini hanya dengan membawa karung dan boboko Ridwan dan adiknya pergi ke sungai cikapunten
untuk mencari pasir,mereka mulai mencari pasir lalu mengangkutnya ke pinggir
sungai. Kadang rasa kasihan timbul di diri Ridwan ketika mendapati adiknya
tengah menggigil kedinginan karena terlalu lama berenang untuk mengambil pasir.
Ketika rasa capek menghampiri,mereka pun
beristirahat lalu pasir pasir yang dikumpulkan dimasukan kedalam karung
dan diangkut ke pengepul pasir. Setelah sampai di pengepul,pasir pun dihitung
dan dihargai Rp 1.250 per kaleng. Hari itu pasir yang dikumpulkan Ridwan hanya
berhasil dihargai Rp12.500 dan ternyata pasir yang dikumpulkannya tidak dibayar
karena ibunya Ridwan meminjam uang untuk pengobatan ayah Ridwan dan dibayar
oleh pasir yang dikumpulkannya. Kebayang kan? Udah capek-capek berenang,ngumpulin
pasir,ngangkut pasir,kedinginan,rasa lapar yang ditahan ngga dibayar karena
dipakai untuk dibayar hutang ayahnya. Anak-anak sekarang apa bisa seikhlas
Ridwan? Anak-anak sekarang apa bisa ngga banyak menuntut kaya Ridwan? Kayanya
jarang,bahkan aku pun belum bisa seikhlas Ridwan. Sembari menahan rasa lapar
Ridwan pun mencari tambahan uang dengan cara mencari makan ternak orang lain,
dengan bermodalkan arit yang
dipinjamnya ia pun mulai mencari rumput di sekitar sungai lalu memberikannya
pada ternak dan akhirnya ia mendapatkan uang walaupun tak seberapa dan uangnya
pun ia berikan pada ibunya untuk membeli obat ayahnya.
“ Nya
da abdi mah lamun emam mah sareng naon oge teu nanaon,lamun aya lauknya nya
Alhamdulillah tapi mun teu aya ge sareng uyah we. Abdi ge hoyong siga
rerencangan lamun emam teh aya laukna tapi da kumaha deui,beas ge kadang aya
kadang heunteu lamun teu aya mah ema sok ngutang heula”
“ Iya
da saya kalau makan sama apa aja juga ngga apa-apa, kalau ada lauknya ya
Alhamdulillah tapi kalau ngga ada juga sama garam aja. Saya juga pengen kaya
temen kalau makan ada lauknya tapi da gimana lagi, beras juga kadang ada kadang
ngga tapi kalau ngga ad amah ibu suka ngutang dulu”
Ya Allah kebayang kan makan aja cuma sama garam aja, mau
makan ada lauknya aja sampe kaya gitu pengennya. Kadang ada juga yang mampu
tapi makan sama garam aja tapi mereka tuh milih buat makan sama garam tapi
Ridwan makan sama garam karena ngga ada
pilihan. Kadang kalau ada sisa uang dari beli obat ayahnya,ibunya Ridwan
suka memberikan sisanya pada Ridwan walau tak banyak.
“ Ema
teh sok masihan artos lamun aya sesa tina pulangan obat bapa. Kadang meunang
sarebu tapi lamun anu lain teu kabagean mah ngan meunang lima ratus tapi mun
teu aya pulangan mah nya teu nanaon teu dipasihan artos oge”
“ Ibu
suka ngasih uang kalau ada sisa uang kembalian obat ayah. Kadang dapet seribu
tapi kalau yang lain ngga kebagian Cuma dapet lima ratus kalau ngga ada
kembalian mah ya ngga apa-apa ngga dikasih uang juga”
Zaman sekarang uang 500 perak mau beli apa? Apalagi kalau
anak-anak kan suka jajan dan Ridwan bisa sesabar itu dengan ngga menuntut
ibunya untuk member bekal yang lebih. Dan ketika ditanya kenapa dia mau
membantu ayahnya mencari pasir ia hanya menjawab “ Da saya teh suka kasian liat
bapak kalau lagi kambuh,apalagi takut kalau bapak kalau kambuh sampai muntah
darah,saya juga takut bapak ninggalin
saya,ninggalin ibu. Saya kan masih kecil,nanti gimana cari uang,cari makan.
Saya mah masih bisa bantu da cari pasir mah masih gampang.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar