Ketika kita dihadapkan pada sebuah pilihan,maka kita memang harus memilih. Karena tidak memilih pun adalah sebuah pilihan.
Ketika kita memilih untuk menikmati rasa yang datang,kita pun harus mengambil resikonya untuk patah hati.
Tapi jika rasa itu tiba-tiba ada dan menjalar masuk hingga berakar apa kita masih mempunyai pilihan?
Jika rasa itu datang tanpa peringatan,apa masih ada pilihan yang tersisa?
Ketika kita tahu rasa itu tidak akan bertahan lama tapi kita masih ingin mencicipinya,masih ada pilihan untuk tidak sakit hati?
Seharusnya kita harus lebih banyak belajar,belajar mendengarkan hati. Ia kelelahan berteriak nyaris tak bersuara tetapi kita masih mendengarkan yang lainnya padahal satu-satunya yang menanggung akibatnya adalah hati itu sendiri.
Apakah tidak bodoh jatuh kedalam lubang yang sama?
Apa tidak lelah membalut luka yang sama?
Apa bedanya dengan badut? Ditertawakan orang-orang sampai ditertawakan diri sendiri karena terlalu bodoh.
Apa tidak lelah mengejar? Apa tidak lelah berharap?
Apa tidak lelah menunggu?
Saya dan waktu tidak pernah menjadi teman.
Saya benci pada rasa,datang sesuka hatinya tanpa tahu resiko apa yang diperbuatnya.
Saya jengah dengan tatapan kasihan dan kata 'sabar ya'.
Saya lelah memasang senyum palsu.
Saya capek jatuh terjerembap dan berusaha bangun tanpa ada uluran tangan.
Saya lelah menangis untuk suatu hal yang bodoh.
Ya,saya memang bodoh.
Bodoh karena memilih untuk memilih.
Bodoh karena pasrah dicaci maki tanda tanya.
Dan bodoh karena terus percaya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar