Sekarang tepat pukul 2:27 dini hari dan ngga tau kenapa aku emang lagi pengen nulis ini. Pernah ngga kadang kita bisa sangat tidak bersyukur sama apa yang kita udah dapetin? Pernah? Aku yakin setiap orang pasti pernah. Setiap orang. Terkadang memang sulit untuk mengucap kata Alhamdulillah terlebih kalau kita memang lagi ada masalah kan? Pasti bawaannya terus-terusan mengeluh 'Kenapasih Allah ngga adil?' 'Kenapasih ada masalah?' 'Kenapasih aku ngga bisa kaya mereka?' 'Kenapasih mereka hidupnya enak?' dan masih banyak keluhan yang lainnya. Tapi kalau misalnya kita lagi bahagia? Kadang kita malah jauh dari rasa syukur itu lupa untuk sekedar mengucap kata 'Alhamdulillah' 'Terima kasih ya Allah' dan sebagainya. Dan jujur aku sebagian dari mereka,sebagian dari 'si pengeluh'.
Aku punya sahabat tempat berbagi dan belajar tentang kehidupan,namanya Syifa dan Salsa. Tapi kalau soal mengeluh terkadang keadaannya memang pas untuk aku bercerita pada Syifa. Ya,syifa juga bagian dari 'si pengeluh' ini iya kan? Kadang kita chat panjang lebar hanya untuk mengeluhkan apa yang terjadi seperti 'Kenapa ya jadi kaya gini?' 'Mereka kenapa ngga ngerti sih?' 'Aku pengen kaya mereka' dan masih banyak lagi. Sering sekali ceritaku tak berbeda jauh dengan Syifa, kita sadar kita mengeluh,mengeluh pada kehidupan. Tapi kita udah janji kan untuk sebisa mungkin buat bersyukur,iya kan syif?
Oiya aku juga sering mengeluh pada Salsa,mengeluh tentang semuanya dan dia juga pernah mengeluh padaku. Tapi terkadang aku dan Syifa melihat kehidupannya Salsa ya menyenangkan,tidak ada hal yang perlu dikeluhkan. Salsa punya keluarga yang sangat sayang padanya,salsa punya teman banyak,salsa punya sahabat,salsa punya kemas yang sayang banget banget sama salsa. Tapi yang namanya manusia pasti pernah mengeluh kan? jadi Salsa juga pernah mengeluh,iya kan ca?
Tapi aku kenal dengan orang yang suka bersyukur dan jarang mengeluh, jarang ya bukan tidak pernah. Dia ibuku, dia orang yang sangat pekerja keras,optimis,pantang menyerah,dan jarang mengeluh. Pernah aku diceritakan olehnya pada masa dia sekolah,dia bekerja,dia sebagai ibu. Dan dari cerita-ceritanya aku sangat kagum. Setiap kali dia dapat rezeki dia sering mengucap rasa syukur dan ketika ada cobaan menimpanya dia jarang mengeluh. Ya dia memang mengeluh tapi mengeluh pada Allah. Kadang aku berpikir 'Bisa ngga ya aku sekuat mamah?' Ibuku pernah bilang padaku: "Teh,kamu jangan pernah bergantung sama orang lain ya,termasuk mamah,kamu harus bergantung sama Allah,kalau teteh juga mau mengeluh juga mengeluh sama Allah". Semoga kalau udah besar aku bisa seperti ibuku.
Masih berpikir menjadi orang paling menderita? Kalau kamu masih berpikir seperti itu lalu bagaimana nasib orang pinggiran? Pengamen,pengemis dan orang orang yang sering kita lihat perempatan lampu merah. Masih kecil udah cari nafkah,ngamen,ngga sekolah,nyebrang-nyebrang,ngemis,panas-panasan.Pernah terbayang jadi mereka?Pernah juga melihat tayangan di televisi yang menayangkan orang-orang kurang beruntung seperti 'Jika aku menjadi'? Bagaimana nasib mereka? Pernah sekali waktu pas bulan puasa kebetulan pas buka aku masih dijalan dengan ayahku pas melewati lampu merah dekat patung sepatu aku melihat mereka tengah berbuka puasa,hanya dengan nasi pincuk dan itu 2 bungkus dimakan ramai-ramai tapi mereka tetap masih bisa tertawa dan mungkin masih bisa bersyukur. Lalu ayahku bilang: "Tuh teh liat,orang lain mah kaya gitu nasibnya,makanya kalau apa-apa kamu jangan selalu liat keatas,tapi liat juga mereka biar bisa bersyukur". Kalau mereka mau mengeluh pun bukannya pantas? Mereka juga kalau mau memilih tidak mau jadi seperti itu kan?
Namanya juga manusia kan? setiap manusia memang pernah jadi 'si pengeluh' Tapi semoga saja aku dan kalian yang membaca ini belajar untuk tidak lagi mengeluh dan mulai banyak bersyukur.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar