Apa hal tersulit yang dijalani ketika kita transisi pada fase dewasa?
Ketika kita mengetahui 'dewasa' tidak seperti apa yang dibayangkan.
Kembali menjadi anak-anak bukan lagi pilihan.
Saya ingin kembali menjadi anak polos yang menangis hanya karena para teletubbies berpamitan tanda tayangannya sudah selesai.
Lalu tangis itu berhenti karena ibuku membelikan dvd teletubbies dan bisa diputar berulang kali jika teletubbies itu berpamitan.
Saya ingin kembali menjadi anak polos yang pemaaf, yang marah hanya karena antrian saya untuk naik ayunan direbut oleh anak lain lalu tak lama bermaafan dan bermain bersama.
Ketika kecil saya melihat dunia yang sangat besar dan luas, membayangkan kebebasan yang akan saya dapat ketika dewasa dan bisa saya gunakan untuk menjelajah dunia yang luas itu.
Ternyata kebebasan itu datang dengan sebuah tanggung jawab.
Menjadi dewasa, sebuah masalah bukan lagi sebuah masalah sepele seperti tayangan kartun yang terlewat.
Menjadi dewasa, sebuah masalah adalah kesempatan yang terlewati. Dan sebuah kesempatan menjadi sesuatu yang sulit dicari.
Menjadi dewasa, menjadikan esensi kata maaf hilang di pengucapan sebuah kata.
Tanpa tahu arti dari kata maaf, dan menjadi ikhlas melibatkan satu elemen lain selain kata maaf.
Waktu.
I don't want to grow up, but i have to.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar