Pages

  • Twitter
  • Facebook
  • Google+

Kamis, 26 April 2012

Suatu malam di bulan Oktober

Tidak ada komentar:
 
Dingin menusuk tulang-tulangku kala angin malam mulai menerpa wajahku dan menerbangkan anak rambut di dahiku. Aku mulai merapatkan jaket yang aku pakai dan mulai menggosok-gosokan kedua tanganku.
" Kalau dingin,kenapa ga ditutup aja kacanya?" Katamu tanpa menoleh sedikitpun ke arahku.
" Biar aja, lagi ingin"
Tidak ada jawaban lagi darinya. Sebenarnya aku tidak suka keadaan seperti ini, saling berdiam diri tak ada yang bicara,aku terlalu takut untuk membuka percakapan ini takut aku salah berkata dan yang jelas aku tidak tahu yang akan aku bicarakan. Yang bergema di mobil ini hanya suara penyiar dari radio yang terpasang di mobil ini.

" Ya, kembali lagi sama sisy disini. Malam-malam gini kayanya pas deh kalau lagunya galau slow mellow gimana gitu ya hahaha yaudah langsung ajadeh sisy puter requestan dari kalian Peluk dari Dewi Lestari feat Aqi Alxa,enjoy!"
  

Menahun, ku tunggu kata-kata
Yang merangkum semua
Dan kini ku harap ku dimengerti
Walau sekali saja pelukku

Tiada yang tersembunyi
Tak perlu mengingkari
Rasa sakitmu
Rasa sakitku


Lagunya kenapa harus lagu ini, suasana di mobil ini semakin canggung dan salah satu dari kita tidak ada satupun yang berani memindahkan lagu ini. Entah karena malas atau karena hanya lagu ini memang pas dengan keadaan kita dan di diri kita seolah-olah ingin memberitahu pada diri masing-masing kalau keadaan kita memang tergambarkan lewat lagu ini. Sesekali aku melihat ke arah kananku, mencoba membaca pikiran Adri tapi hasilnya Nihil. Aku tidak tahu apa yang sedang berkecamuk di pikirannya saat ini

Tiada lagi alasan
Inilah kejujuran
Pedih adanya
Namun ini jawabnya

Lepaskanku segenap jiwamu
Tanpa harus ku berdusta
Karena kaulah satu yang kusayang
Dan tak layak kau didera

Sadari diriku pun kan sendiri
Di dini hari yang sepi
Tetapi apalah arti bersama, berdua
Namun semu semata

Tiada yang terobati
Di dalam peluk ini
Tapi rasakan semua
Sebelum kau kulepas selamanya

Tak juga kupaksakan
Setitik pengertian
Bahwa ini adanya
Cinta yang tak lagi sama

Aku sekarang seperti orang tolol yang mendadak merasakan lumpuh tangan,otakku menyuruhku memindahkan saluran radio itu tapi tanganku tidak bisa bergerak. Atau tidak mau bergerak. Dan sekarang aku merasakan sesuatu menggelitiki hidungku dan mataku memanas. Tidak,aku tidak akan menangis sekarang. Tarik napas- keluarkan-tarik napas-keluarkan.

Mobil Adri kini sudah memasuki komplek rumahku yang artinya kita akan segera sampai dan semuanya segera selesai, tidak berapa lama mobil Adri sudah ada di depan pagar rumahku.
" Kita udah sampai Keyla" Ucapmu, dingin,tanpa nada dan menusuk.
" Mmhm iya dri"
Setetes air mata kini jatuh bebas di pipi kananku dan tanganku refleks menepisnya. Tiba-tiba Adri berbisik lirih nyaris tidak terdengar tapi telingaku cukup handal menangkap suara itu "Maaf key" 
Kini ribuan tetes air mata berontak dan aku tidak lagi kuat menahannya,aku menangis dalam diam. Aku tidak bisa menjawabnya aku takut aku tidak bisa mengontrol diri dengan berbicara sesenggukan seperti orang tunawicara jadi aku hanya diam.
Sebenarnya semuanya tiada yang salah,tidak aku dan tidak kamu. Mungkin kalau bisa disalahkan yang patut disalahkan hanya keadaan dan waktu,tapi kenyataannya itu memang tidak bisa disalahkan. Aku jelas sayang kamu,kamu dan seluruh dunia tahu itu dan begitu pun sebaliknya. Rasa sayang itu yang dulunya kurasa manis kini menjadi hambar dan tawar. Intinya semua berubah menjadi tak semestinya, entah kamu,aku,atau mungkin waktu dan keadaan yang berubah. Lagu itu benar, apa arti bersama kalau semua semu, tidak ada kita,tidak ada satu,yang ada hanya aku dan hanya ada kamu,terpisah. Dekat tapi jauh. Ada, namun tak lagi bermakna. Semuanya kini memang tidak seharusnya dilanjutkan ,rumit memang kita sama sama bisa merasakannya tapi tidak bisa menggambarkannya karena tidak semua hal bisa diungkapkan dengan kata kata, sometimes the word is not enough. Lalu kamu pun memelukku,mungkin itu peluk terakhir yang akan kamu berikan dan terakhir malam itu kamu memberiku kecupan terakhir di dahiku sebagai ucapan perpisahan.

Suatu malam di bulan Oktober semua terjelaskan hanya dengan satu peluk. Dengan satu peluk kita pahami,dengan satu peluk kita mengetahui,dengan satu peluk kita saling melepaskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
© 2012. Design by Main-Blogger - Blogger Template and Blogging Stuff